Jangan Remehkan Demam Tinggi: Bisa Jadi Awal Demam Berdarah 2025!!

Saya masih ingat betul, malam itu sekitar pukul 2 dini hari. Anak saya demam tinggi, hampir 39,5°C, menggigil, dan wajahnya terlihat sangat lelah. Naluri orang tua langsung bicara: ini bukan demam biasa.

Awalnya saya pikir hanya flu. Tapi setelah dua hari demamnya nggak turun-turun, dan muncul bintik-bintik merah di kaki dan tangan, saya langsung teringat satu hal yang ditakuti semua orang tua: demam berdarah.

Saya bawa dia ke puskesmas, dan hasil cek trombosit-nya bikin saya lemas: cuma 100 ribu. Padahal normalnya di atas 150 ribu. Dokter langsung menyarankan rawat inap Health.

Dan dari situ, saya belajar bahwa demam berdarah bukan cuma soal nyamuk dan panas tinggi. Ini penyakit yang bisa bikin hidup jungkir balik, bukan cuma untuk pasiennya, tapi juga keluarga.

Apakah Demam Berdarah Itu Berbahaya?

Balita Terserang Demam Tinggi, Anda Tidak Perlu Panik! | HonestDocs

Jawaban singkatnya primaya hospital: ya, sangat berbahaya.

Tapi bukan berarti nggak bisa disembuhkan. Bahayanya justru terletak pada keterlambatan penanganan dan minimnya pemahaman kita tentang gejala awal.

Demam berdarah (Demam Berdarah) disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti. Virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh dan bisa membuat trombosit turun drastis. Jika nggak ditangani dengan cepat, bisa berujung pada syok dengue yang fatal.

Saya baru tahu dari dokter bahwa hari ke-4 hingga ke-6 itu masa kritis. Di masa itu, demam bisa turun, tapi sebenarnya tubuh sedang mengalami fase “berbahaya”. Ironis banget ya — demam turun, tapi justru itu saat paling menakutkan.

Faktor yang Membuat Terjangkit Demam Berdarah

Kalau boleh jujur, saya termasuk orang yang dulu agak cuek soal nyamuk. Ya, saya semprot pakai aerosol sesekali. Tapi saya nggak terlalu peduli sama selokan mampet, ember bekas, atau botol-botol plastik yang nyangkut di halaman belakang.

Setelah anak saya kena Demam Berdarah, baru deh sadar betapa banyak faktor pemicu berkembangnya nyamuk Aedes aegypti di sekitar rumah:

Air Menggenang – Ember yang terbalik, pot bunga, bahkan tutup galon bisa jadi tempat bertelur nyamuk.

Pakaian Gantung – Nyamuk suka sembunyi di baju-baju yang digantung, apalagi yang jarang dipakai.

Lingkungan Kotor – Sampah plastik, botol, kaleng bekas—semuanya bisa jadi sarang nyamuk.

Kurangnya Fogging atau PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) – Kalau RT-nya cuek, bisa jadi bom waktu.

Waktu saya inspeksi rumah sendiri, saya sampai kaget lihat banyak tempat air tergenang yang selama ini nggak saya pikirin. Parah sih.

Langkah-langkah Menghadapi Demam Berdarah pada Anak

Waktu anak saya kena Demam Berdarah, saya panik banget. Tapi setelah ngobrol dengan dokter, saya jadi tahu beberapa langkah penting yang harus diambil kalau anak kita menunjukkan gejala DBD:

1. Jangan Panik, Tapi Jangan Tunda
Begitu ada demam tinggi (di atas 38°C) selama lebih dari dua hari, langsung cek darah. Jangan tunggu muncul bintik merah, karena itu biasanya muncul belakangan.

2. Rawat Inap Bila Perlu
Kalau trombosit mulai turun ke bawah 100 ribu, lebih baik rawat inap. Di rumah sakit, anak kita bisa dipantau terus, dan kalau sampai masuk fase kritis, penanganannya lebih cepat.

3. Pantau Asupan Cairan
Anak saya waktu itu hampir tiap 15 menit saya kasih minum. Kata dokter, cairan itu penting banget untuk mencegah syok. Saya juga kasih jus jambu biji merah yang katanya bisa bantu naikkan trombosit (meski ini belum sepenuhnya terbukti secara medis, tapi worth trying).

4. Pantau Trombosit Setiap Hari
Setiap hari kami cek darahnya. Kalau menurun terus, artinya harus lebih waspada. Tapi kalau sudah mulai naik, itu tanda bagus.

5. Berikan Dukungan Emosional
Anak saya sempat stres karena harus disuntik terus dan dilarang banyak bergerak. Saya nemenin dia nonton video lucu, main kartu, atau cerita-cerita lucu supaya dia tetap semangat.

Mengapa Demam Berdarah Sangat Ditakuti?

Saya kira karena dua hal: penyebarannya cepat dan gejalanya bisa menipu.

Pertama, karena virus dengue ditularkan lewat gigitan nyamuk, artinya satu orang kena, bisa saja anggota keluarga lain menyusul. Kami bahkan harus fogging rumah setelah anak saya pulang dari rumah sakit.

Kedua, gejalanya bisa mirip flu biasa, tapi efeknya jauh lebih parah. Banyak yang telat menyadari kalau itu DBD, karena nggak semua orang tahu gejala seperti nyeri otot, sakit kepala, atau mual itu bisa jadi pertanda serius.

Dan, seperti yang saya bilang tadi, fase demam turun justru bisa berbahaya. Banyak orang pikir itu tanda sembuh, padahal bisa jadi malah masuk ke fase syok.

Tips dan Pola Hidup Sehat untuk Mencegah Demam Berdarah

Setelah kejadian itu, saya dan keluarga benar-benar ubah gaya hidup. Ini beberapa langkah yang saya lakukan — dan saya sarankan juga buat kalian yang baca ini:

1. Lakukan 3M Plus
Menguras tempat penampungan air seminggu sekali.

Menutup rapat tempat air.

Mengubur barang bekas yang bisa menampung air.

Dan “plus”-nya? Ya itu tadi, gunakan lotion anti nyamuk, fogging rutin, pakai kelambu, dan bersihin pakaian yang digantung.

2. Jaga Imunitas Keluarga
Saya jadi lebih perhatian sama asupan makanan di rumah. Sayur, buah, vitamin C, cukup tidur, olahraga ringan. Tubuh yang sehat lebih siap melawan infeksi, termasuk dari virus dengue.

3. Edukasi Lingkungan
Saya sampai ngajak tetangga buat kerja bakti tiap minggu. Bersihin got, buang barang bekas. Karena nyamuk nggak ngerti pagar rumah. Kalau tetangga nggak bersih, ya tetap bisa nyebar.

4. Gunakan Tanaman Pengusir Nyamuk
Saya coba tanam serai wangi, lavender, dan daun mint di pot kecil-kecil. Selain wangi, ternyata cukup efektif mengusir nyamuk. Bonus: bikin halaman jadi asri.

Jangan Anggap Remeh, Tapi Juga Jangan Panik

10 Penyebab Demam Tinggi dan Waspadai Bahayanya! | RS Pondok Indah

Sekarang, setiap kali ada anak atau tetangga demam, saya langsung jadi ‘detektif DBD’. Sedikit paranoid mungkin, tapi lebih baik waspada daripada menyesal.

Saya juga belajar bahwa DBD bisa dicegah, tapi butuh kerja sama satu keluarga bahkan satu RT. Jangan tunggu sampai ada yang kena dulu baru sibuk bersih-bersih.

Dan kalaupun kena, jangan panik. Penanganan yang tepat dan cepat bisa menyelamatkan.

Masa Pemulihan: Jangan Langsung Anggap Aman

Nah, setelah anak saya dinyatakan pulih dan diperbolehkan pulang dari rumah sakit, saya kira segalanya bakal kembali normal. Tapi ternyata, masa pemulihan demam berdarah itu nggak instan. Ini bukan kayak sakit flu yang selesai begitu aja setelah demam turun.

Beberapa hari pertama di rumah, anak saya masih terlihat lemas. Nafsu makannya belum kembali sepenuhnya, dan kadang dia masih mengeluh pusing atau mual ringan. Dokter bilang ini normal — virusnya memang udah kalah, tapi tubuh masih perlu waktu buat pulih.

Dan inilah beberapa hal yang saya pelajari selama fase pemulihan:

1. Pantau Aktivitas Fisik

Anak saya waktu itu semangat banget pengen langsung main sepeda. Tapi ternyata, aktivitas fisik berat bisa memicu komplikasi jika dilakukan terlalu cepat. Jadi, saya batasi dulu. Cuma boleh jalan santai dan main pelan-pelan. Biasanya butuh sekitar 1-2 minggu buat stamina pulih total.

2. Perhatikan Pola Makan dan Minum

Saya terus dorong dia minum banyak air, susu, dan makan makanan tinggi protein — seperti telur, ayam, tahu tempe, dan buah-buahan. Vitamin juga tetap saya kasih, sesuai anjuran dokter.

Oh iya, jus jambu tetap saya sediakan. Entah efeknya beneran membantu atau sugesti aja, tapi buat saya selama anak senang dan nggak ada efek samping, kenapa enggak?

3. Kembali Kontrol ke Dokter

Ini penting banget. Setelah seminggu pulang dari rumah sakit, saya ajak anak saya kontrol. Dokter cek ulang kondisi fisik dan memastikan tidak ada tanda komplikasi pasca-DBD, seperti pembesaran hati atau masalah pencernaan.

Baca juga artikel menarik lainnya tentang Batu Ginjal: Panduan Lengkap untuk Mengenali Penyebab, Gejala, dan Pengobatan yang Tepat disini